Kesenian Jakarta
Kesenian-kesenian di jakarta tidak lepas ikatannya dari masyarakat
Betawi. Karena memang dari sanalah kesenian asli kota tersebut.
Kesenian-kesenian itu meliputi:
Gambang Kromong
Merupakan salah atu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal. Setiap kesempatan perihal Betawi, kesenian ini selalu menjadi tempat paling utama. Ini di karenakan kesenian ini sangat erat sekali ikatannya dengan kesenian Betawi. Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan budaya Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang di gunakan seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan,Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain: gambang, kromong, krecek, gendang, kempul dan gong. Sejak abad ke 18, kesenian Gambang Kromong sudah sangat berkembang khususnya di daerah Tangerang. Kesenian ini bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan (alat musik cina). Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas “Panjak” Betawi legendaris “Si Macan Kemayoran”, Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji’ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau “kriya’an” yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yang paling utama. Namun seiring berkembangnya zaman musik ini seakan hidup dan mati. Musik ini hanya bisa terdengar di bulan Juni saja, sewaktu hari jadi kota Jakarta. Itupun hanya di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya. Di perlukannya kerjasama untuk melestarikan kesenian ini, khususnya untuk generasi muda betawi agar sadar keberadaan etnis Betawi itu adalah sebagai etalase keudayaan Indonesia.
Orkes Samrah
Kesenian Betawi yangdalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh dari suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa di bawakan biasanya lagu-lagu yang bersifat jadul(jaman dulu) seperti lagu Burung Putih, Pulo angsa Dua dan sirih Kuning. Orkes Samrahh banyak berkembang di daerah Tenabang, dimana daerah ini dikenal sebagai pusat dari penyebaran Melayu Riau di Betawi. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain. Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah. Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan dengan gerakan tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabeni, anak dari Jawara legendaris Sabeni.
Tanjidor
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
(dirangkum dari berbagai sumber).
Gambang Kromong
Merupakan salah atu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal. Setiap kesempatan perihal Betawi, kesenian ini selalu menjadi tempat paling utama. Ini di karenakan kesenian ini sangat erat sekali ikatannya dengan kesenian Betawi. Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan budaya Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang di gunakan seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan,Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain: gambang, kromong, krecek, gendang, kempul dan gong. Sejak abad ke 18, kesenian Gambang Kromong sudah sangat berkembang khususnya di daerah Tangerang. Kesenian ini bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan (alat musik cina). Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas “Panjak” Betawi legendaris “Si Macan Kemayoran”, Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji’ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau “kriya’an” yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yang paling utama. Namun seiring berkembangnya zaman musik ini seakan hidup dan mati. Musik ini hanya bisa terdengar di bulan Juni saja, sewaktu hari jadi kota Jakarta. Itupun hanya di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya. Di perlukannya kerjasama untuk melestarikan kesenian ini, khususnya untuk generasi muda betawi agar sadar keberadaan etnis Betawi itu adalah sebagai etalase keudayaan Indonesia.
Orkes Samrah
Kesenian Betawi yangdalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh dari suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa di bawakan biasanya lagu-lagu yang bersifat jadul(jaman dulu) seperti lagu Burung Putih, Pulo angsa Dua dan sirih Kuning. Orkes Samrahh banyak berkembang di daerah Tenabang, dimana daerah ini dikenal sebagai pusat dari penyebaran Melayu Riau di Betawi. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain. Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah. Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan dengan gerakan tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabeni, anak dari Jawara legendaris Sabeni.
Tanjidor
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
(dirangkum dari berbagai sumber).
Kesenian Jawa Tengah
GAMELAN JAWA
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang,
guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam
Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat
ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga
pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara
ritual budaya Keraton.WAYANG KULIT
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme.
Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
TARIAN JAWA
Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.
KERIS JAWA
Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari satu sura.
Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
KETOPRAK
Ketoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa sisih Wetan (Jawa Timur ).Ketoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa tengah lan biso ngasorake kesenian liyane ,umpamane Srandul, Emprak lan sakliyane. Ketoprak wiwit bebukane awujud dedolanan para priyo ing dusun kang lagi nganaake lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari , kasebut Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo lelipur . Sak teruse ana tambahan gendang, terbang lan suling, mula wiwit saka iku kasebut Ketoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909 wiwitan dianaake pagelaran Ketoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran Ketoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane masyaraket/umum, yokuwi Ketoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro, sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yoiku : Warso – Warsi, Kendono Gendini, Darmo – Darmi, dlan sapanunggalane.
Sak wise iku pagelaran Ketoprak sang soyo suwe dadi lan apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Ketoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan . Anane gegayutan karo pagelaran “teater” para narapraja ,
Kesenian Bali
Bagi masyarakat Bali tarian tidak bisa dipisahkan dari setiap kegiatan keagamaan, namun dengan anggapan seperti ini bukan berarti setiap orang Bali bisa menari. Ada yang memang lahir mempunyai bakat ini, biasanya juga bapak dan ibu ataupun kakeknya dulu juga penari. Tari Oleg (seperti yang tampak pada gambar disebelah), salah satu tarian Bali yang paling terkenal. Tarian ini diciptakan oleh I Ketut Maria atau lebih dikenal dengan nama Mario. Mario yang berasal dari Tabanan ini juga telah menjelajah berbagai negara di kala itu (sekitar 1958) untuk memperagakan kepiawaiannya menari. Kesenian tari bagi masyarakat Bali memang tak bisa dipisahkan. Tarian Bali, seperti Legong, Janger, Baris, Kecak, adalah tarian yang disakralkan dan mengalami masa jaya pada tahun 1930. Gambar-gambar ini diambil dari internet, menunjukkan betapa Tarian menjadi jiwa manusia Bali
· Seni Drama dan Tari
Drama
dan tari tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua warna permukaan
daun sirih, sama-sama mengandung rasa dan aroma yang tidak berbeda.
Budaya Bali memiliki banyak sekali ragam kesenian Drama dan Tari. Ini
menunjukkan bahwa budaya kita sangat beradab. Drama dan tari penuh
dengan simbol-simbol. Baik simbol dari kehidupan nyata maupun simbol
kehidupan alam lain dan mimpi-mimpi. Hanya peradaban manusia yang
mengerti arti simbol. Simbolisme yang digambarkan oleh para seniman
drama dan tari di Bali sangat komunikatif. Tidak hanya menghibur hati,
tetapi dapat memberikan pedoman yang mudah dicerna tentang benar dan
salah, tentang baik dan buruk. Drama dan tari tidak hanya menghubungkan
nalar dan rasa antar manusia, tetapi juga menghubungkan alam sekala dan
niskala manusia secara harmonis dan estetis. Mengalir terus dipenuhi
dengan inovasi baru yang tak pernah terbendung. Macam-macam drama dan
tari : Abuang, Drama klasik, Kontemporer, Sanghyang, Arja, Gambuh,
Legong, Topeng, Baris, Gebug Ende, Makare-karean, Wayang Kulit, Barong,
Janger, Mresi, Wayang Wong, Calonarang dan masih banyak lagi yang
lainnya.
· Seni Suara
Budaya
Bali sangat kaya dengan seni tembang dan karawitan. Tidak hanya yang
telah diwariskan oleh leluhur, karya-karya baru masih terus bermunculan.
Baik yang klasik maupun kontemporer. Tidak akan habis kalau pembicaraan
kita kembangkan hingga mencakup lagu-lagu pop Bali. Harapan kita tentu
saja, agar gema yang baru tidak menenggelamkan yang telah ada. Demikian
pula, semoga yang baru mempunyai kualitas dan bobot yang cukup baik dari
segi isi dan keindahan. Suara yang baik dan indah memberi kekuatan
kepada jiwa, menenteramkan galau dan kegelisahan hati, membersihkan
perasaan dari prasangka buruk dan menerangi kalbu. Dalam seni suara,
kita membahas keindahan nada dan irama yang ditampilkan para seniman
melalui lagu yang dinyanyikannya. Sedangkan dalam seni karawitan
membahas keindahan lagu yang diperdengarkan oleh keterampilan mereka
memainkan bunyi-bunyian tradisional. Seni suara selebihnya, seperti seni
musik kontemporer, tidak dibahas di sini. Maaf, karena sudah dibahas di
website lain yang lebih jamak. Macam-macam Seni suara Bali : Seni
tembang, Seni karawitan, Seni vokal (kontemporer), Seni musik
(kontemporer).
Kesenian Jawa Barat
SISINGAAN
Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan (sunat) atau seorang tokoh masyarakat.
TARI TOPENG
Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya
pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje
Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut
dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa
wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data
historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat
(Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.
TARI WAYANG
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada
abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh
seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung
dan Tasikmalaya.
KESENIAN ADU DOMBA
Adu domba merupakan salah satu kesenian khas rakyat jawa barat yang
cukup digemari, terutama di kalangan tradisional. Kesenian ini merupakan
peninggalan leluhur yang masih bertahan eksistensinya hingga saat ini.
Pada intinya adu domba ialah ajang pamer ketangkasan hewan ternak yang
pada akhirnya akan menaikan gengsi suatu perkumpulan ternak tertentu.
Para pesertanya ialah peternak-peternak domba yang tersebar hampir di
seluruh jawa barat, terutama daerah garut, sumedang, bandung, majalengka
dan lainya. Event adu domba dilaksanakan setiap tahun dengan sistim
kompetisi, hampir setiap bulan kegiatan ini dilaksanakan bergilir di
daerah-daerah. Di bandung arena adu domba salah satunya terletak di
lebak siliwangi.
Setiap event adu domba selalu dipadati oleh penonton. Kegiatan ini juga
memiliki gengsi yang cukup tinggi karena banyak tokoh-tokoh sunda yang
juga merupakan penggemar sekaligus pemiliknya, seperti Kang Ibing (alm)
dan lain lain.
GAMELAN DEGUNG
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat,
antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa
digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan,
jaipongan dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan
gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di
masyaraka dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal
ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan
gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili
kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng
berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor, dan gamelan
Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut,
Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng,
ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang
berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng
Wayang Golek
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada
keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek
tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan
perkembangan dari wayang kulit. Ada yang menyebutkan bahwa pada tahun
1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut
wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu
Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus
membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang
diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari.
Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang
terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit).
Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
JAIPONG
Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira,
sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik
dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat
Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang
relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang
sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta
Ronggeng.
CALUNG
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari
angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan,
bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan
calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang
dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Pengertian calung
selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan.
Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung
jinjing.
TARI & IBING PENCAK SILAT
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat adalah
aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan
ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini
dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya
bahwa istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat
mempunyai pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai
pengertian yang lebih mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam
ibing pencak silat selain ada unsur keindahan gerak di dalamnya,
mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam ibing pencak
silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari lebih
ditekankan pada unsur keindahannya saja tidak ada unsur beladirinya,
seperti tari-tarian yang sering kita lihat.
ANGKLUNG
Sejak Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat
dari bambu khusus, yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun
1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian lokal atau tradisional. Namun karena bunyi-bunyian yang
ditimbulkannya sangat merdu dan juga memiliki kandungan lokal dan
internasional seperti bunyi yang bertangga nada duremi fa so la si du
dan daminatilada, maka angklung pun cepat berkembang, tidak saja
dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan regional, nasional dan
internasional. Bahkan konon khabarnya pertunjukan angklung pernah
digelar dihadapan Para pemimpin Negara pada Konferensi Asia Afika di
Gedung Merdeka Bandung tahun 1955.
Sepeninggal Daeng Sutigna kreasi kesenian angklung diteruskan oleh Mang
Ujo dan Erwin Anwar. Bahkan Mang Ujo telah membuat pusat pembuatan dan
pengembangan kreasi kesenian angklung yang disebut ‘Saung angklung Mang Ujo”
yang berlokasi di Padasuka Cicaheum Bandung. Salah satu program yang ia
lakukan khususnya untuk mempertahankan kesenian angklung adalah
memperkenalkan angklung kepada para siswa sekolah, mulai TK, sampai
dengan tingkat SLTA dan bahkan telah menjadi salah satu kurikulum pada
pada mata pelajaran lokal. Kini Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.